generalAug 07, 2024
Perspektif Guru: Ada Banyak Proses Pembangunan Karakter dalam Esports
Dampak Positif Esports dan Kolaborasi Orang Tua & Sekolah – Bagian 1; Interview dengan Pembina Esports SMAN 1 Cicalengka Rhizal Aldiyan
Game dan esports mungkin masih menjadi momok bagi sejumlah orang tua dan orang awam, bahkan di tahun 2024 ini. Namun faktanya, semua jenis aktivitas, mau itu main game, olahraga, hobi-hobi lainnya, proses belajar, atau apapun yang dilakukan anak-anak sudah pasti butuh pengawasan dan pengarahan dari orang-orang dewasa.
Dua pihak yang berpengaruh besar dalam perannya sebagai pengawas dan pengarah anak-anak adalah sekolah dan orang tua. Untungnya, di tahun 2024 ini, banyak sekolah sebenarnya sudah menyadari bahwa game dan esports bisa memberikan dampak yang positif jika memang diarahkan dan diberikan ruang yang sehat.
RRQ MABAR pun berbincang dengan guru-guru dari beberapa sekolah untuk membahas tentang tersebut. Karena akan jadi terlalu panjang untuk dijadikan satu, kami akan membaginya jadi tiga artikel, berdasarkan jawaban dari tiap guru dari sekolah yang berbeda.
Di bagian pertama ini, kami berbincang dengan Rhizal Aldiyan (RA), S.Pd, Guru Geografi, sekaligus Pembina Esports dari SMA Negeri 1 Cicalengka.
RRQ MABAR: Menurut pendapat Bapak, apa saja sih sebenarnya dampak positif yang bisa diberikan game dan esports ke generasi muda?
RA: Dampak positif dari adanya esport untuk kebutuhan siswa menjadikan siswa belajar untuk caranya bekerja sama antar teman satu timnya. Mereka juga belajar untuk berpikir cepat dalam menentukan tindakan di dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini saya lihat langsung ketika mereka bertanding di RRQ MABAR. Mulai sebelum tanding ketika latihan, saat tanding, hingga proses review hasil pertandingan. Ada banyak aspek pembangunan karakter yang terjadi.
RRQ MABAR: Tentunya, sekolah dan guru tidak akan mungkin mengambil peran seutuhnya dalam pengembangan dan pendidikan anak, tanpa campur tangan orang tua. Menurut Bapak, seperti apa pembagian peran yang ideal antara orang tua dan sekolah soal pemahaman anak tentang hobi, seperti bermain game dan kegiatan esports?
RA: Pembagian peran antara orang tua dan siswa lebih pada pengaturan dan pengawasan perihal waktu anak-anak. Dengan demikian, permainan mereka tidak sampai mengganggu kehidupan sosial dan waktu pembelajaran di sekolah. Soalnya, tidak dipungkiri, esport juga menjadi lahan ekspresi dan prestasi untuk anak-anak saat ini.
Dengan membantu mereka mengembangkan diri dan berekspresi di esports, mereka justru semakin bersemangat juga di sekolah.
RRQ MABAR: Bagaimana sekolah dan orang tua berkolaborasi memanfaatkan esports dan game demi kebaikan anak?
RA: Menurut saya, orang tua dan sekolah perlu membantu memfasilitasi siswa dalam mengembangkan esports. Hal ini cukup dengan memberikan izin mereka bermain, tentunya dengan diikuti komitmen aturan tertentu. Sehingga tugas siswa sebagai pelajar tidak ditinggalkan.
Cara lainnya adalah dengan membantu mereka terlibat dalam kompetisi-kompetisi esports. Targetnya tidak harus selalu menang. Tapi bisa fokus pada pengembangan skill pelajar. Ini akan sangat bermanfaat bagi mereka di kemudian hari.
Itu tadi perbincangan singkat kami dengan salah satu guru di salah satu sekolah yang sudah punya program atau komunitas esportsnya masing-masing. Menurut data dari RRQ MABAR, sudah ada 192 SMA, atau yang sederajat, di Indonesia yang sudah ada esportsnya. Kalian bisa membaca daftar lengkapnya di artikel ini: Daftar 192 Sekolah di Indonesia yang Ada Esportsnya.
Kita akan lanjutkan perbincangan RRQ MABAR dengan guru lainnya di artikel selanjutnya.
Dampak Positif Esports dan Kolaborasi Orang Tua & Sekolah – Bagian 1; Interview dengan Pembina Esports SMAN 1 Cicalengka Rhizal Aldiyan
Game dan esports mungkin masih menjadi momok bagi sejumlah orang tua dan orang awam, bahkan di tahun 2024 ini. Namun faktanya, semua jenis aktivitas, mau itu main game, olahraga, hobi-hobi lainnya, proses belajar, atau apapun yang dilakukan anak-anak sudah pasti butuh pengawasan dan pengarahan dari orang-orang dewasa.
Dua pihak yang berpengaruh besar dalam perannya sebagai pengawas dan pengarah anak-anak adalah sekolah dan orang tua. Untungnya, di tahun 2024 ini, banyak sekolah sebenarnya sudah menyadari bahwa game dan esports bisa memberikan dampak yang positif jika memang diarahkan dan diberikan ruang yang sehat.
RRQ MABAR pun berbincang dengan guru-guru dari beberapa sekolah untuk membahas tentang tersebut. Karena akan jadi terlalu panjang untuk dijadikan satu, kami akan membaginya jadi tiga artikel, berdasarkan jawaban dari tiap guru dari sekolah yang berbeda.
Di bagian pertama ini, kami berbincang dengan Rhizal Aldiyan (RA), S.Pd, Guru Geografi, sekaligus Pembina Esports dari SMA Negeri 1 Cicalengka.
RRQ MABAR: Menurut pendapat Bapak, apa saja sih sebenarnya dampak positif yang bisa diberikan game dan esports ke generasi muda?
RA: Dampak positif dari adanya esport untuk kebutuhan siswa menjadikan siswa belajar untuk caranya bekerja sama antar teman satu timnya. Mereka juga belajar untuk berpikir cepat dalam menentukan tindakan di dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini saya lihat langsung ketika mereka bertanding di RRQ MABAR. Mulai sebelum tanding ketika latihan, saat tanding, hingga proses review hasil pertandingan. Ada banyak aspek pembangunan karakter yang terjadi.
RRQ MABAR: Tentunya, sekolah dan guru tidak akan mungkin mengambil peran seutuhnya dalam pengembangan dan pendidikan anak, tanpa campur tangan orang tua. Menurut Bapak, seperti apa pembagian peran yang ideal antara orang tua dan sekolah soal pemahaman anak tentang hobi, seperti bermain game dan kegiatan esports?
RA: Pembagian peran antara orang tua dan siswa lebih pada pengaturan dan pengawasan perihal waktu anak-anak. Dengan demikian, permainan mereka tidak sampai mengganggu kehidupan sosial dan waktu pembelajaran di sekolah. Soalnya, tidak dipungkiri, esport juga menjadi lahan ekspresi dan prestasi untuk anak-anak saat ini.
Dengan membantu mereka mengembangkan diri dan berekspresi di esports, mereka justru semakin bersemangat juga di sekolah.
RRQ MABAR: Bagaimana sekolah dan orang tua berkolaborasi memanfaatkan esports dan game demi kebaikan anak?
RA: Menurut saya, orang tua dan sekolah perlu membantu memfasilitasi siswa dalam mengembangkan esports. Hal ini cukup dengan memberikan izin mereka bermain, tentunya dengan diikuti komitmen aturan tertentu. Sehingga tugas siswa sebagai pelajar tidak ditinggalkan.
Cara lainnya adalah dengan membantu mereka terlibat dalam kompetisi-kompetisi esports. Targetnya tidak harus selalu menang. Tapi bisa fokus pada pengembangan skill pelajar. Ini akan sangat bermanfaat bagi mereka di kemudian hari.
Itu tadi perbincangan singkat kami dengan salah satu guru di salah satu sekolah yang sudah punya program atau komunitas esportsnya masing-masing. Menurut data dari RRQ MABAR, sudah ada 192 SMA, atau yang sederajat, di Indonesia yang sudah ada esportsnya. Kalian bisa membaca daftar lengkapnya di artikel ini: Daftar 192 Sekolah di Indonesia yang Ada Esportsnya.
Kita akan lanjutkan perbincangan RRQ MABAR dengan guru lainnya di artikel selanjutnya.